#JembatanAnakBangsa untuk Desa Cicaringin, Lebak

Berawal  @renaCC, twitternya - @ReneCC: Manteman, let's do something for these children. Kami sepakat mengadakan fund-rasing buat #JembatanAnakBangsa. Yuk! http://lockerz.com/s/150073119/.

Tweet itu mempelihatkan photo yang perjuangan anak SD menyebrang jembatan seutas kawat, hanya berpegangan tanpa pengaman dengan mengenakan seragam sekolah. Siapa tak miris dan ternyuh melihat photo itu. Awalnya @ReneCC menyebut lokasinya di Serang, Banten!. Tapi kemudian di konfimasi  bahwa foto tersebut diambil fotografer Kompas.com Kristianto Purnomo di Desa Cicaringin, Kecamatan Gunung Kencana, Lebak, Banten, 18 Mei 2011.

Dan dari tweet itu, Gerakan  ini menyebar menyjadi sebuah gerakan nyata untuk mebangun jembatan itu. Ya, geraka itu bernama #JembatanAnakBangsa. Bagi anda yang juga tergerak untuk mendukung #JembatanAnakBangsa boleh transfer ke rekening BCA 7310163591 an Dwi Rani RH. Langkah 2: Fund raising - koordinatornya dan

Yuks..sebagai orang Lebak, rasanya ikut miris tentang isue pendidikan ini. Hayoo ini saatnya Q-ta bergerak nyata, kita wujudkan kepedulian kita bersama akan pendidikan di lebak.  Q-ta Team  Peduli Pendidikan Lebak Selatan juga akan ikut, setidaknya jika belum bisa berbuat banyak, Q-ta bisa ikut menyebarkan semangat #JembatanAnakBangsa ini.

update
------------------------


- Beberap dari team kita bersiap untuk ikut servey ke lokasi  di Desa Cicaringin, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Banten   yang di rencanakan pada hari hari minggu  30 Oktober 2011.

-Untuk fans page gerakan #JembatanAnakBangsa bisa di sini.





 

Sekolah Roboh Karena Anggaran Pendidikan Banten Kecil

TEMPO Interaktif, Serang - Robohnya gedung Madrasah Diniyah (MD) Al-Ikhlas, di Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, yang menewaskan seorang siswi pada Senin, 3 Oktober 2011, mengundang keprihatinan sejumlah anggota DPRD Provinsi Banten. Para wakil rakyat ini mendesak Pemprov Banten untuk segera memperbaiki sistem penganggaran alokasi bidang pendidikan.

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Banten Media Warman mengatakan kasus sekolah roboh tidak akan terjadi jika Pemprov serta Kabupaten/Kota di Banten menjalankan prioritas anggaran sebesar 20 persen, seperti yang diamanatkan undang-undang. "Penganggaran bidang pendidikan dari alokasi APBD Banten tidak mencapai 20 persen, nilainya baru berkisar di angka 10-11 persen," kata Media Warman Selasa, 4 Oktober 2011.

Menurutnya, Fraksi Demokrat DPRD Banten akan mendorong Pemprov Banten untuk mengalokasikan anggaran sebesar 20 persen pada APBD 2012 mendatang. "Pemerintah daerah memang punya keterbatasan membantu madrasah, karena itu kewenangan kementerian agama. Namun, hendaknya ada terobosan, misalnya memberikan bantuan dari dana hibah untuk pendidikan," tegas Media.

Ketua Fraksi PKS DPRD Banten Sanuji Pentamerta mengatakan anggaran pendidikan hanya mencapai 9,7 persen dari total APBD Banten 2011 yang mencapai Rp 4,3 triliun. Menurut Sanuji, nilai tersebut masih tergolong kecil. "Kami minta pemprov bekerja sama dengan kabupaten dan kota untuk memantau kondisi sekolah-sekolah di Banten, termasuk madrasah. Jika ditemukan ada sekolah kondisinya yang rusak, langsung diperbaiki," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengatakan pembangunan konstruksi gedung sekolah bukan menjadi tanggung jawab pemprov semata, namun jadi tanggung jawab bersama, terutama kabupaten/kota setempat.

Atut membantah jika alokasi anggaran untuk bidang pendidikan dalam APBD Banten masih kecil. Menurutnya, pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20 persen itu tidak harus ada di dinas pendidikan, namun bisa berada di SPKD lain, misalnya dari dana bantuan hibah untuk sekolah madrasah. "Kalau dikatakan kecil, rasanya tidak juga. Di perubahan APBD 2011 ini saja kita alokasikan Rp8 miliar untuk bidang pendidikan, baik untuk pembangunan gedung sekolah, maupun pembantuan hibah," tegasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, gedung Madrasah Diniyah Awaliyah (MD) Al-Ikhlas, Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, roboh, Senin 3 Oktober 2011. Kejadian tersebut mengakibatkan seorang siswi bernama Sukniah, 10, yang tengah belajar bersama 46 siswa lainnya tewas, sementara 10 lainnya luka-luka.

Pemerintah Kabupaten Lebak kembali membangun Madrasah Diniyah (MD) Al-Ikhlas di Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, yang roboh itu.
 

Siswa SMA N 1 Malingping Temukan Kertas Anti Rayap

Besarnya jumlah kertas yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia, memacu industri kertas untuk meningkatkan produksinya. Hal ini mengakibatkan timbulnya masalah berupa penebangan pohon untuk pembuatan kertas.

Seperti dikutip dalam VivaNews.co.id, Winna Eka Oktavia, Efa Fazriyah Haryono dan Marwah Zairah, siswa SMA Malinping, Banten menemukan alternatif lain, yaitu dengan memanfaatkan limbah jerami padi untuk bahan kertas.

Kepada VIVAnews, mereka menyebutkan, Jerami dipilih karena mengandung kandungan selulosa yang cukup besar, yaitu sekitar 39% sehingga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi enzim selulosa. “Jerami padi memiliki kandungan serat yang cukup untuk dijadikan sebagai bahan kertas,” kata Winna Eka Oktavia.

Menurut data BPS tahun 2006, Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia. Dengan luas sawah di Indonesia adalah 11,9 juta hektar, produksi per hektar sawah bisa mencapai 12-15 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman.

Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak baru mencapai 31-39%, sedangkan yang dibakar atau dimanfaatkan sebagai pupuk 36-62%, dan sekitar 7-16% digunakan untuk keperluan industri. “Jerami juga mengandung lignin, selulosa,dan hemiselulosa,” kata Winna.

Winna menjelaskan, proses pembuatan kertas anti rayap ini terdiri dari dua tahapan. Pertama membuat bubur (pulp) kertas dari jerami. Proses diawali dengan memotong dan merebus jerami dengan larutan NaoH, kemudian digiling dan disaring hingga menjadi pulp basah.

“Setelah pulp dicetak, ia dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dalam suhu 100 derajat celcius,” kata Winna.

Selanjutnya, di tahapan kedua, Pulp yang sudah dicetak ditetesi ekstrak daun sirsak. “Proses ekstrak daun sirsak menggunakan cairan pelarut methanol. Daun sirsak mengandung senyawa acetoginin yang dalam konsentrasi tinggi berguna anti feedent yang membuat serangga tidak bergairah dan pada konsentrasi rendah, dapat menjadi racun perut untuk serangga,” ucap Winna.

Kertas hasil karya ini telah diuji dengan memasukkan cetakan kertas ke dalam sebuah wadah yang penuh dengan rayap. “Dalam 10 hari, 55 ekor rayap yang kami taruh di sana, mati,” kata Winna.

Winna mengklaim bahwa penemuan ini dapat menjadi alternatif untuk pembuatan kertas yang biasanya menggunakan bahan dasar kayu pepohonan yang akibatnya menyebabkan penggundulan hutan. “Kertas ini juga dapat melindungi dokumen penting dari serangan rayap,” kata Winna yang menceritakan bagaimana ijazah orang tua rekannya habis disantap rayap.

Winna menceritakan, dalam menemukan karya ini, mereka banyak belajar dari beberapa sumber di Internet. Dari sana mereka mengetahui bahwa ada insektisida alami seperti daun sirsak, daun asam Jawa.

Jerih payah mereka menuai hasil dengan menjadi salah satu kategori pemenang lomba karya ilmiah remaja bidang LIPI 2011. Selama penelitian mereka mengaku bolak-balik dari Lebak Banten ke Cibinong untuk menguji karya mereka di Laboratorium Cibinong.


Sumber : VivaNews.co.id

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Peduli Pendidikan Lebak Selatan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger